* teori ekonomi mikro
Dari masa pra sejarah sampai jaman modern
seperti sekarang ini belum pernah kita jumpai suatu masyarakat atau
suatu bangsa yang kebutuhan hidupnya telah dapat terpenuhi seluruhnya.
Masyarakat yang dikatakan masih primitif kebutuhan mereka baik jumlah
maupun macamnya relatif tidak banyak bila dibandingkan dengan kebutuhan
masyarakat modern. Akan tetapi oleh karena kemampuannya untuk
menghasilkan barang barang dan jasa-jasa yang langsung dapat memenuhi
kebutuhan mereka sangat kecil juga, rnaka banyak dan kebutuhan mereka
yang pemenuhan nya terbatas dalam angan-angan mereka belaka.
Dengan semakin majunya peradaban manusia,
manusia menjadi semakin cerdas dan semakin banyak alat kapital yang
mereka miliki; yang semuanya ini meningkatkan kemampuan mereka dalam
menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa yang selanjutnya dapat mereka
pergunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Akan tetapi meningkatnva
kemam puan mereka menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa tersebut
hampir senantiasa diikuti, dibarengi, bahkan tidak jarang pula didahuiui
oleh timbulnya kebutuhan-kebutuhan baru. Meningkatnya kebutuhan mereka
tersebut demikian cepatnya, sehingga bangsa yang pa maju di dunia dewasa
mi, masih pula merasakan keterbatasan mereka dalam memenuhi kebutuhan
mereka yang semakin beraneka ragam teori.
Menghadapi kenyataan tidak dapat
terpenuhinya semua kebutuhan mereka, maka dengan sadar atau tidak
manusia bertendensi untuk bersikap rasional, yaitu sepanjang mereka
mempunyai pilihan, mereka akan memilih pilihan yang mendatangkan manfaat
sebesar-besarnya dan peng gunaan alat pemuas kebutuhan tertentu, atau
memilih pilihan yang menurut perhitungan mereka memerlukan korban paling
kecil di antara pilihan-pilihan lain untuk maksud pemenuhan kebutuhan
tertentu.
Ilmu yang mempelajari bagaimana manusia
dalam usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhannya mengadakan pemilihan di
antara berbagat alternatif pemakaian atas alat-alat pemuas kebutuhan
yang tersedianya relatif terbatas inilah yang kita sebut ilmu ekonomi
atau economics.
Ekonomi Mikro Dalam Kerangka Ilmu Ekonomi
Ilmu ekonomi biasa dibagi dalam tiga
kelompok dasar, yaitu kelompok ekonomi deskriptif, kelompok teori
ekonomi dan kelompok ekonomi terapan. Ekonomi deskriptif atau
descriptive economics, mengumpulkan keterangan-keterangan faktual yang
relevan mengenai sesuatu masalah ekonomi. Teori ekonomi yang biasa juga
disebut economic theory atau economic principles, yang selanjutnya dapat
dipecah lagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu kelompok teori ekonomi
mikro dan kelompok teori ekonomi makro, tugas utamanya ialah encpb
menerangkan secara umum sistem perekonomian Apabila yang merupakan
materi pembahasan adalah perilaku pelaku-pelaku ekonomi yang berada di
dalam sistem perekonomian, maka teori ekonomi iersebut masuk kategori
teori ekonomi mikro. Sedangkan apabila yang merupakan materi pem bahasan
adalah mekanisme bekerjanya perekonomian sebagai suatu keseluruhan,
maka teori ekonomi tersebut kita kategorikan sebagai teori ekonomi
makro. Akhirnya, yang dilakukan oleh ekonomi terapan, atau applied
economics ialah menggunakan hasil-hasil pemikiran yang terkumpul dalam
teori ekonomi untuk menerangkan keterangan-keterangan yang dikumpulkan
oleh ekonomi deskriptif. Dengan menggunakan kerangka penggolongan ilmu
ekonomi tersebut di atas dapatlah dikatakan bahwa materi yang disajikan
dalam buku ini kalau dilihat isinya dapat dimasuk kan ke dalam kelompok
teori ekonomi mikro, yang lazim pula disebut teori harga atau price
theory, dan yang biasa juga disingkat ekonomi mikro atau microeconomics.
Pelaku-Pelaku Ekonomi
Di atas telah disinggung bahwa ekonomi
mikro berusaha menerangkan perilaku pelaku-pelaku ekonomi. Oleh karena
itu ada man faatnya apabila untuk sejenak perhatian kita, kita arahkan
guna mengetahui macam kegiatan yang dilakukan oleh pelaku-pelaku ekonomi
tersebut dan hubungan-hubungan yang lazim terjadi di antara mereka.
Dalam perekonomian manapun, baik primitif
maupun modern, baik kapitalis, sosialis maupun komunis, dapat dibedakan
tiga kelompok pengambil keputusan ekonomi yang untuk selanjutnya kita
sebut pelaku pelaku ekonomi atau subyek-subyek ekonomi. Ketiga kelompok
pelaku pelaku ekonomi tersebut ialah
A. Rumah tangga keluarga,
B. Rumah tangga perusahaan, dan
C. Rumah tangga pemerintah.
Dan ke tiga kelompok tersebut
masing-masing mempunyai pola aktivitas ekonomi tertentu yang sedikit
banyak dipengaruhi oleh sistem perekono mian yang berlaku. Pada dasarnya
kegiatan-kegiatan ekonomi yang khas bagi masing-masing golongan pelaku
ekondmi tersebut di atas dapat kita ikhtisarkan sebagai berikut
A. Rumah Tangga Keluarga. > Dalam
literatur kelompok pelaku ekonomi mi biasa disebut sebagai household,
dan dapat berupa organisasi keluarga atau dapat pula berupa orang
perorangan. Orang perorangan kita anggap sebagai rumah tangga keluarga
beranggota tunggal. Kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh rumah
tangga keluarga pada pokoknya meliputi
- menjual atau menyewakan sumber-sumber daya yang mereka mi liki
dengan mendapatkan pendapatan yang dapat berupa upah, gaji, sewa, bunga
atau laba sebagai hasil penjualan atau hasil persewaan sumber-sumber
daya mereka,
- membayar pajak, membeli dan mengkonsumsi barang-barang dan jasa-jasa
pribadi yang dihasilkan oleh rumah-rumah tangga perusahaan, dan
- memanfaati jasa pemakaian barang-barang dan jasa-jasa publik yang disediakan oleh pemerintah.
B. Rumah Tangga Perusahaan >
Pelaku-pelaku ekonomi yang tergolong dalam kategori mi mempunyai bentuk
yuridis yang bermacam macam. Ada yang berbentuk perseroan terbatas,
persekutuan komanditer, persekutuan dengan firma, perusahaan
perseorangan, perusahaan negara, koperasi dan sebagainya lagi.
Rumah-rumah tangga perusahaan, yang dengan singkat kita sebut juga
produsen, perusahaan atau badan usaha melaksanakan kegiatan-kegiatan
ekonomi yang pada dasarnya adalah seperti di bawah ini
- membeli sumber-sumber daya dan rumah-rumah tangga keluarga dan rumah tangga pemerintah,
- membayar pajak,
- memanfaati barang-barang dan jasa-jasa publik yang disediakan oleh pemerintah,
- menggunakan sumber-sumber daya seperti dimaksudkan di atas untuk menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa, dan
- menjual barang-barang dan jasa-jasa yang mereka hasilkan, kepada
rumah-rumah tangga keluarga, rumah tangga pemerintah, dan juga kepada
sesama rumah tangga perusahaan.
C. Rumah-tangga pemerintah > Pelaku
ekonomi ini, yang biasa hanya disebut pemerintah, menjalankan macam
kegiatan ekonomi seperti berikut
- membeli sumber-sumber daya, (untuk sistem perekonomian kita terutama
sumber daya manusia), barang-barang dan jasa-jasa dan rumah-rumah
tangga keluarga dan rumah-rumah tangga perusahaan,
- dengan sumber-sumber daya, barang-barang dan jasa-jasa yang
dibelinya, rumah tangga pemerintah menghasilkan serta menya jikan jasa
barang-barang publik untuk dapat dimanfaati oleh rumah-rumah tangga
keluarga dan rumah-rumah tangga perusahaan,
- memungut pajak dan rumah-rumah tangga keluarga dan rumah rumah
tangga perusahaan dengan maksud antara lain untuk membiayai pembelian
barang-barang, jasa-jasa serta sumber-sumber daya yang diperlukan
seperti yang dimaksudkan pada butir ke 1 di atas,
- bertindak sebagai pengatur perekonomian, pemerintah berkewajiban
(a) mengusahakan pembagian pendapatan nasional yang adil,
(b) mengusahakan tingkat pendapatan nasioñal dan tingkat kesempatan kerja yang tinggi,
(c) mengusahakan tingkat harga yang relatif stabil, dan
(d) mengusahakan pertumbuhan ekonomi yang memadai.
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih
balk mengenai hubungan hubungan ekonomi di antara ketiga pelaku ekonomi
tersebut, kegiatan kegiatan ekonomi seperti disebutkan di atas kita
ikhtisarkan dalam bentuk lingkaran aliran aktivitas ekonomi yang biasa
juga disebut circular flow diagram.
Materi Ekonomi Mikro
Di atas telah diungkapkan bahwa cabang
ilmu ekonomi yang dapat kita sebut ilmu ekonomi mikro, teori ekonomi
mikro, microeconomics, atau singkatnya ekonomi mikro, biasa
didefinisikan sebagai cabang ilmu ekonomi yang khusus mempelajari
perilaku pelaku-pelaku ekonomi. Apabila kita berpegang teguh pada
definisi ini kita harus berkesimpu1an bahwa materi-bahas ilmu ekonomi
mikro berupa perilaku ekonomi rumah tangga keluarga, perilaku ekonomi
rumah tangga perusahaan dan perilaku ekonomi rumah tangga pemerintah.
Akan tetapi rupa-rupanya para pemikir
ekonomi berfikir pragmatis. Dalam mengisi literatur ekonomi mikro para
memikir ekonomi tidak mau terikat kepada definisi ilmu ekonomi mikro
seperti yang mereka lafalkan. Pertama-tama dapat diketengahkan bahwa
dengan mendasarkan kepada pertimbangan bahwa transaksi yang dilakukan
oleh pemerintah di samping nilainya secara keseluruhan sangat besar juga
tujuan utamanya sering-sering adalah untuk mempengaruhi jalannya
perekonomian, maka kebanyakan pemikir ekonomi tidak memasukkan teori
perilaku ekonomi rumah-tangga pemerintah ke dalam disiplin ilmu ekonomi
mikro.
- 1.) Teori Konsumen. Bagian dari ilmu ekonomi mikro ini pada
pokoknya membahas perilaku ekonomi rumah-rumah tangga keluarga dalam
menggunakan penghasilan mereka yang jumlahnya terbatas untuk memenuhi
kebutuhan hidup mereka dengan memperoleh tingkat kepuasan yang maksimal.
Selanjutnya dapat diketengahkan bahwa teori konsumen mi memberi dasar
teoritik konsepsi kurva permintaan konsumen, suatu konsepsi yang peranan
nya sangit besar dalam kita mencoba menerangkan perilaku harga pasar.
- 2.) Teori Badan Usaha. Bagian ini membahas tentang perilaku rumah
tangga perusahaan dalam menentukan jumlah barang atau jasa yang
dihasilkan, dalam menentukan harga satuan barang atau jasa yang
dihasilkan, dan dalam menentukan kombinasi sum ber-sumber daya yang
dipergunakan dalam proses produksi, yang semuanya ini didasarkan kepada
asumsi bahwa yang ingin dikejar oleh rumah tangga perusahaan adalah
keuntungan sebesar-besarnya. Teori mi memberikan dasar teoritik konsepsi
kurva penawaran produsen.
- 3.) Teori Harga Pasar. Bagian daripada ilmu ekonomi. mikro ini
pada dasarnya membahas perilaku harga pasar barang-barang dan jasa jasa.
Teori mi, seperti disinggung di atas banyak mernanfaati
kesimpulan-kesimpulan teoritik teori konsumen dan teori badan usaha,
khususnya konsepsi permintaan dan konsepsi penawaran yang dihasilkan
oleh kedua teori tersebut.
- 4.) Teori Distribusi Pendapatan. Bagian daripada ilmu ekonomi
mikro ini mencoba menerangkan perilaku harga sumber-sumber daya, yang
dapat berubah upah untuk sumber daya manusia, bunga modal untuk sumber
daya modal, dan sewa untuk sumber daya alam. leon distnibusi pendapatan
mi banyak menggunakan kesimpulan teoritik teori rumah-tangga perusahaan
dan teori perilaku rumah-tangga keluarga.
- 5.) Teori Keseimbangan Umum. Teori-teori yang disebutkan di atas,
yaitu teori konsumen, teori produsen, teoni harga pasar dan eori
distribusi pendapatan semuanya didasarkan kepada asumsi tidak adanya
saling pengaruh-mempengaruhj atau interdependensi antara kegiatan
ekonomi pelaku ekonomi yang satu dengan kegiatan ekonomi pelaku ekonomi
lainnya. Dunia yang nyata menunjukkan adanya hubungan interdependensi
tersebut. Teori ekonomi mikro yang dalam usaha menerangkan pembentukan
harga, penentuan kuantitas barang atau jasa yang dihasilkan dan yang
dikonsumsi, dan sebagainya seperti yang telah diuraikan di atas,
mengikut sertakan ke dalam analisa unsur saling pengaruh-mempengaruhi di
antara pelaku pelaku ekonomi tersebut, biasa disebut ana/isa
keseimbangan- umum atau general equilibrium analysis.
- 6.) Ekonomi Kemakmuran atau Welfare Economics. Teoni-teoni
ekonomi mikro sepertiyang kita uraikan di atas, dan butir ke 1 sampai
dengan butir ke 5, tidak satupun yang memperhatikan skala preferensi
masyarakat. Di lain fihak cabang ilmu ekonomi mikro yang disebut welfare
economics, dalam mencoba menerangkan perilaku konsumen, produsen, harga
dan sebagainya mernperhatikan norma-norma etik masyarakat.
Metodologi Ilmu Ekonomi
Seperti telah disinggung di atas, ilmu
ekonomi mencoba menerangkan perilaku umat manusia dalam menggunakan
alat-alat pemuas kebutuhan yang adanya terbatas untuk memenuhi kebutuhan
mereka yang bisa dikatakan jumlahnya tidak terbatas. Untuk mengetahui
bagaimana tugas tersebut dilaksanakan, dalam bab mi kita sajikan
beberapa fasal yang menyangkut masalah metodologi.
Gambar dibawah ini mengikhtisarkan secara
garis besar urutan langkah langkah kegiatan dalam ilmu ekonomi,
khususnya yang menyangkut bidang teori. Pertama-tama kita perbincangkan
sedikit mengenai dunia nyata. Menurut kenyataan dunia yang nyata amat
sangat kompleks. Perbuatan seseorang demikian juga gejala-gejala yang
terjadi dalam suatu perekonomian banyak faktor yang ikut mempengaruhi
atau bahkan menentukannya. Faktor-faktor seperti misalnya politik,
sosial, psikologi dan sebagainya lagi juga besar pengaruhnya terhadap
perilaku seseorang atau suatu masyarakat. Teori ekonomi pada azasnya
hanya menelaah salah satu dan sekian banyak aspek kehidupan seseorang
ataü suatu masyarakat, yaitu aspek ekonominya. ini berarti bahwa kita
dapat membedakan aspek-aspek ekonomi dan aspek-aspek lainnya, sekalipun
kita tidak dapat memisahkannya.
Oleh karena yang menarik perhatian kita
hanyalah aspek ekonomi, maka aspek-aspek lainnya kita abaikan. Inilah
yang kita sebut sebagai tin dakan abstraksi.
Meskipun semua aspek yang bukan ekonomi,
telah kita kesamping kan, namun masalahnya juga sering masih terlalu
kompleks untuk bisa di peroleh gambaran yang jelas dan kesimpulan yang
berarti, oleh karena pada umumnya tidak sedikit jumlah macam variabel
ekonomi yang secara langsung ataupun tidak langsung mempunyai hubungan
dengan masalah masalah yang kita persoalkan. Oleh karena itu kita
terpaksa memilih di antara variabel-variabel tersebut mana yang kita
perkirakan mempunyai peranan yang besar, dan yang bisa dipakai dalam
model analisa ekonomi yang akan kita bentuk. Model analisa ekonomi atau
economic model oleh Robert Y. Awh didefinisikan sebagai konstruksi
teoritik atau kerangka analitik yang terdiri dan satu rangkaian
asumsi-asumsi dan mana kesimpulan-kesimpulan kita turunkan. Di dalam
menyusun model analisa ekonomi tersebut kita menentukan asumsi-asumsi
mengenai hubungan-hubungan di antara variabel-variabel yang kita pilih
tersebut.
Langkah selanjutnya ialah, dari
asumsi-asumsi yang kita pilih dan kita susun sebagai model ekonomi
tersebut kita turunkan kesimpulan kesimpulan teoritik. Menurunkan
kesimpulan-kesimpulan dan hal yang umum ke hal yang khusus biasa disebut
melakukan analisa deduksi. Yang dilakukan oleh teori ekonomi mikro pada
umumnya hanya sampai dengan langkah ini. Kesimpulan-kesimpulan teoritik
ini nantinya dapat pula dipergunakan untuk menyusun model-model analisa
ekonomi lainnya.
Kesimpulan-kesimpulan teoritik yang
dihasilkan tersebut apabila diturunkan secara betul dikatakan berlaku
secara abstrak universal, yaitu berlaku di manapun juga dan bilamanapun
juga, asalkan dipenuhi syarat bahwa kenyataan dalam dunia nyata sejalan
dengan asumsi-asumsi yang terbentuk dalam model analisa ekonomi yang
kita pakai. Apabila ternyata asumsi yang kita pakai tidak sesuai dengan
dunia yang nyata, maka hasil kesimpulan yang kita turunkan tendensinya
juga menjadi kenyataan. Sebagai contoh misalya saja, Dengan menggunakan
asumsi bahwa rumah tangga perusahaan selalu berusaha memaksimumkan
keuntungan, kita sampai pada kesimpulan bahwa meningkatnya permintaan
akan produk yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan akan mengakibatkan
bertambah besarnya keuntungan yang diperoleh atau bertambah kecilnya
kerugian yang diderita oleh perusahaan bersangkutan.
Bisa saja terjadi bahwa karena sesuatu
hal sebuah rumah tangga perusahaan tidak bersikap rasional; hingga
meningkatnya permintaan akan produk yang dihasilkannya tidak
mengakibatkan meningkatnya keuntungan, hal mana misalnya disebabkan
tambahan hasil penjualan dipergunakan untuk membiayai bertambahnya
jumlah karyawan perusahaan.
Apabila banyak kesimpulan-kesimpulan
teoritik yang menyimpang dan kenyataan, maka kalau kita tidak hati-hati,
kita dapat mengambil kebijaksanaan-kebijaksanaan yang hasilnya justru
berlawanan dengan yang kita harapkan. Oleh karena itu kita perlu menguji
validitas daripada teori dengan cara membandingkan
kesimpulan-kesimpulan teoritik.
dengan dunia empirik. Pengujian teori
tidak semudah yang kita ungkapkan, oleh karena sekali lagi dunia yang
nyata sangat kompleks. Pada umumnya buku teks ekonomi mikro tidak
mempersoalkan hal ini. Akhirnya dapat disebutkan di sini bahwa
metode-metode yang banyak dipakai dalam melaksanakan pengkajian teori
ekonomi secara empirik dapat diperoleh dalãm literatur di bidang
statistik ekonomi dan di bidang ekonometrika.
Asumsi-Asumsi Yang Dipakai Teori Ekonomi Mikro
Di atas telah disebutkan bahwa teori
ekonomi, khususnya teori ekonomi mikro, bekerja dengan menggunakan
asumsi-asumsi. Dan asumsi-asumsi tersebut ada yang berlaku sangat umum
dalam arti dipakai oleh teori ekonomi, baik teori ekonomi mikro maupun
teori ekonomi makro; ada yang hanya dipakai oleh teori ekonomi mikro
saja atau oleh teori ekonomi makro saja; dan akhirnya ada pula yang
hanya dipakai untuk bagian-bagian tertentu ekonomi mikro maupun
bagian-bagian tertentu ekonomi makro. Di bawah mi disajikan sedikit
uraian mengenai beberapa asumsi yang mendasari kebanyakan teori-teori
ekonomi mikro.
A. Asumsi Umum. Asumsi-asumsi di bawah ini dipakai baik oleh teori ekonomi mikro maupun kebanyakan teori ekonomi lainnya
- Asumsi Rasionalitas. Asumsi ini berlaku untuk semua teori ekonomi.
Pelaku ekonomi yang diasumsikan bersikap rasional biasa disebut juga
homo ekonomikus atau economic man. Penggunaan asumsi mi pada teori
konsumen terwujud dalam bentuk asumsi bahwa rumah tangga keluarga
senantiasa berusaha memaksimumkan kepuasan; yaitu yang dalam literatur
terbiasa dengan sebutan utility maximization assump tion. Sebaliknya
dalam teori rumah tangga perusahaan, asumsi yang sama terjelma dalam
bentuk asumsi bahwa rumah tangga perusahaan senantiasa berusaha
inemperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Asumsi ini dalani literatur
dikenal sebagai profit maximization assumption.
- Asumsi Ceteris Paribus. Sebutan lain untuk asumsi ini ialah asumsi
other things being equal atau lain-lain hal tetap sama atau lain-lain
hal tidak berubah. Yang dikehendaki oleh asumsi mi ialah bahwa yang
mengalami perubahan hanyalah variabel yang secara eksplisit dinyatakan
berubah, sedangkan variabel-variabel lain yang tidak disebutkan berubah,
sepanjang dalam model analisa tidak diasumsikan sebagai variabel yang
nilainya ditentukan oleh variabel lain harus dianggap tidak berubah.
- Asumsi Penyederhanaan. Meskipun abstraksi sudah banyak sekali
mengurangi kompleksnya permasalahan, agar supaya permasalahan nya lebih
mudah dianalisa dan difahami, sering-sering kita perlu menyederhanakan
persoalan lebih lanjut. Misalnya saja menurut kenyataan jumlah macam
barang dan jasa yang clihadapi rumah tangga keluarga tidak terhitung
banyaknya. Akan tetapi, nanti akan kita saksikan misalnya pada Bab X,
penggunaan analisa indiferen un tuk menerangkan teori permintaan, jumlah
macam barang yang bisa termuat dalam grafik paling banyak hanya dua. mi
memaksa kita menggunakan asumsi bahwa konsumen hanya menghadapi dua
macam barang atau jasa.
Asumsi Khusus Ekonomi Mikro
Sebetulnya tidak banyak asumsi yang hanya
dipergunakan oleh teori ekonomi mikro, dalam arti tidak dipergunakan
sama sekali oleh teori ekonomi makro. Hal ini kiranya mudah difahami
kalau kita ingat hahwa yang membentuk perilaku perekonomian sebagai
suatu keseluruhan tidak lain adalah perilaku para pelaku ekonomi itu
sendiri, dengan demikian tidaklah mengherankan kalau kita jumpai bahwa
teori ekonomi makro banyak menggunakan teori-teori atau
kesimpulan-kesimpulan teoritik ekonomi mikro sebagai dasar analisanya.
Oleh karena itulah maka yang kita maksud
dengan asumsi khusus teori ekonomi mikro, hanyalah terbatas kepada
asumsi-asumsi yang banyak dipakai oleh ekonomi mikro akan tetapi tidak
selalu dipakai oleh teori-teori ekonomi yang lain. Dengan menggunakan
batasan ini kita dapat menyebut beberapa contoh asumsi khusus teori
ekonomi mikro. Antara lain yang penting ialah asumsi ekuilibrium parsial
dan asumsi tidak adanya hambatan atas proses penyesuaian
- Asumsi ekuilibrium parsial. Untuk sebagian besar model-model analisa
ekonomi mikro, seperti juga halnya dengan seluruh isi buku ini,
didasarkan kepada asumsi berlakunya ekuilibrium parsial, yang
mengasumsikan tidak adanya hubungan timbal-balik antara
perbuatan-perbuatan ekonomi yang dilakukan oleh pelaku-pelaku ekonomi
dengan perekonomian di mana pelaku-pelaku ekonomi tersebut berada.
Misalnya saja, sebagai akibat berubahnya cita rasa, para konsumen
tiba-tiba mengurangi pengeluaran konsumsinya. Kalau tidak dipergunakan
asumsi ekuilibrium parsial, maka dalam kita membuat analisa kita harus
memperhitungkan pengaruh penurunan pengeluaran konsumsi tersebut
terhadap pendapatan nasional, yang seterusnya juga terhadap pendapatan
mereka, dan yang selanjutnya akan berpengaruh juga terhadap pola
pengeluaran para konsumen tersebut. Dengan menggunakan asumsi
ekuilibrium parsial unsur pemantulan semacam itu tidak kita perhatikan.
- Asumsi tidak adanya hambatan atas proses penyesuaian. Kelak kita
akan menyaksikan misalnya, apabila harga suatu barang mengalami
perubahan, maka berapapun kecilnya perubahan tersebut, selalu
diasumsikan bahwa konsumen melaksanakan penyesuaian atau adjustment.
Menurut kenyataan banyak hambatan-hambatan yang menyulitkan pelaksanaan
penyesuaian tersebut. Faktor-faktor, seperti misalnya faktor psikologi,
sosiologi, politik dan sebagainya, dapat merupakan penghambat terhadap
penyesuaian tersebut. Misalnya, meskipun kita tahu bahwa dengan
menurunnya harga barang Z, tingkat kepuasan akan meningkat dengan cara
mengurangi kortsumsi barang Y dan meningkatkan konsumsi barang Z, namun
tidak dapat dijamin bahwa kita akan melaksanakan penyesuaian tersebut.
Misalnya saja dikarenakan toko langganan kita tidak menjual barang Z,
mungkin kita enggan untuk mengadakan penyesuaian tersebut. Dalam teori
ekonomi mikro kita mengasumsikan bahwa hambatan hambatan terhadap
penyesuaian tersebut tidak ada .
*
teori psikologis
- teori genetika
- teori belajar
- teoro psikoanalisa
Semenjak tahun 1890an sampai kematiannya di 1939, dokter berkebangsaan austria bernama sigmund freud
mengembangkan metode psikoterapi yang dikenal dengan nama
psikoanalisis. Pemahaman Freud tentang pikiran didasarkan pada metode
penafsiran, introspeksi, dan pengamatan klinis, serta terfokus pada
menyelesaikan konflik alam bawah sadar, ketegangan mental, dan gangguan
psikis lainnya. sigmund freud meyakini bahwa kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar. Sehingga tingkah laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau dorongan.
Teori tentang Psikoanalisa selain sangat terkenal, juga sangat
kontroversial. Hal ini terutama dikarenakan teorinya menyinggung
topik-topik seperti seksualitas dan alam bawah sadar. Topik-topik
tersebut masih dianggap sangat tabu pada masa itu, dan Freud memberikan
katalis untuk mendiskusikan topik tersebut secara terbuka di masyarakat
beradab. Selain itu banyak pula orang yang menolak teorinya yang
dianggap merendahkan martabat manusia.
- teori kognitif
Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental, dimana individu
(organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan
menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus
lalu melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus
yang datang.
- teori peranan
* teori sosiologis
Teori
fungsional dan struktural adalah salah satu teori komunikasi yang masuk
dalam kelompok teori umum atau general theories (Littlejohn, 1999),
ciri utama teori ini adalah adanya kepercayaan pandangan tentang
berfungsinya secara nyata struktur yang berada di luar diri pengamat.
Fungsionalisme struktural atau lebih popular dengan ‘struktural
fungsional’ merupakan hasil pengaruh yang sangat kuat dari teori sistem
umum di mana pendekatan fungsionalisme yang diadopsi dari ilmu alam
khususnya ilmu biologi, menekankan pengkajiannya tentang cara-cara
mengorganisasikan dan mempertahankan sistem. Dan pendekatan
strukturalisme yang berasal dari linguistik, menekankan pengkajiannya
pada hal-hal yang menyangkut pengorganisasian bahasa dan sistem sosial.
Fungsionalisme struktural atau ‘analisa sistem’ pada prinsipnya berkisar
pada beberapa konsep, namun yang paling penting adalah konsep fungsi
dan konsep struktur.
Perkataan fungsi digunakan dalam berbagai
bidang kehidupan manusia, menunjukkan kepada aktivitas dan dinamika
manusia dalam mencapai tujuan hidupnya. Dilihat dari tujuan hidup,
kegiatan manusia merupakan fungsi dan mempunyai fungsi. Secara
kualitatif fungsi dilihat dari segi kegunaan dan manfaat seseorang,
kelompok, organisasi atau asosiasi tertentu.
Fungsi juga menunjuk
pada proses yang sedang atau yang akan berlangsung, yaitu menunjukkan
pada benda tertentu yang merupakan elemen atau bagian dari proses
tersebut, sehingga terdapat perkataan ”masih berfungsi” atau ”tidak
berfungsi.” Fungsi tergantung pada predikatnya, misalnya pada fungsi
mobil, fungsi rumah, fungsi organ tubuh, dan lain-lain termasuk fungsi
komunikasi politik yang digunakan oleh suatu partai dalam hal ini Partai
Persatuan Pembangunan misalnya. Secara kuantitatif, fungsi dapat
menghasilkan sejumlah tertentu, sesuai dengan target, proyeksi, atau
program yang telah ditentukan.
Menurut Michael J. Jucius (dalam
Soesanto, 1974:57) mengungkapkan bahwa fungsi sebagai aktivitas yang
dilakukan oleh manusia dengan harapan dapat tercapai apa yang
diinginkan. Michael J. Jucius dalam hal ini lebih menitikberatkan pada
aktivitas manusia dalam mencapai tujuan. Berbeda dengan Viktor A.
Thomson dalam batasan yang lebih lengkap, tidak hanya memperhatikan pada
kegiatannya saja tapi juga memperhatikan terhadap nilai (value) dan
menghargai nilai serta memeliharanya dan meningkatkan nilai tersebut.
Berbicara masalah nilai sebagaimana dimaksud oleh Viktor, nilai yang
ditujukan kepada manusia dalam melaksanakan fungsi dan aktivitas dalam
berbagai bentuk persekutuan hidupnya. Sedangkan benda-benda lain
melaksanakan fungsi dan aktivitas hanya sebagai alat pembantu bagi
manusia dalam melaksanakan fungsinya tersebut.
Demikian pula fungsi
komunikasi dan fungsi politik, fungsi dapat kita lihat sebagai upaya
manusia. Hal ini disebabkan karena, baik komunikasi maupun politik,
keduanya merupakan usaha manusia dalam mempertahankan kelangsungan
hidupnya.
Sedangkan fungsi yang didefenisikan oleh Oran Young
sebagai hasil yang dituju dari suatu pola tindakan yang diarahkan bagi
kepentingan (dalam hal ini sistem sosial atau sistem politik). Jika
fungsi menurut Robert K. Merton merupakan akibat yang tampak yang
ditujukan bagi kepentingan adaptasi dan penyetelan (adjustments) dari
suatu sistem tertentu, maka struktur menurut SP. Varma menunjuk kepada
susunan-susunan dalam sistem yang melakukan fungsi-fungsi. Struktur
dalam sistem politik adalah semua aktor (institusi atau person) yang
terlibat dalam proses-proses politik. Partai politik, media massa,
kelompok kepentingan (interest group), dan aktor termasuk ke dalam
infrastruktur politik, sementara lembaga legislatif, eksekutif, dan
yudikatif termasuk ke dalam supra-struktur politik.
Mengacu pada
pengertian fungsi yang diajukan Oran Young dan Robert K. Merton, serta
pengertian struktur oleh SP. Varma, maka fungsi yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah fungsi komunikasi politik sebagai salah satu
fungsi input dalam sistem politik. Sementara struktur yang dimaksud
adalah Partai Persatuan Pembangunan sebagai salah satu bagian dari
infrastruktur dalam sistem politik. Selain fungsi artikulasi dan
agregasi kepentingan, serta fungsi sosialisasi politik, fungsi
partisipasi politik dan rekruitmen politik, fungsi lain yang harus
dijalankan oleh partai politik sebagai infrastruktur politik dalam
sistem politik adalah fungsi komunikasi politik. Mungkin menjadikan
fungsional bagi struktur lain akan tetapi partai politik menjadi
disfungsional jika tidak dapat melaksanakan semua fungsi tersebut.
Lahirnya fungsionalisme struktural sebagai suatu perspektif yang
”berbeda” dalam sosiologi memperoleh dorongan yang sangat besar lewat
karya-karya klasik seorang ahli sosiologi Perancis, yaitu Emile
Durkheim. Masyarakat modern dilihat oleh Durkheim sebagai keseluruhan
organis yang memiliki realitas tersendiri. Keseluruhan tersebut memiliki
seperangkat kebutuhan atau fungsi-fungsi tertentu yang harus dipenuhi
oleh bagian-bagian yang menjadi anggotanya agar dalam keadaan normal,
tetap langgeng. Bila mana kebutuhan tertentu tadi tidak dipenuhi maka
akan berkembang suatu keadaan yang bersifat ”patologis”. Sebagai contoh
dalam masyarakat modern fungsi ekonomi merupakan kebutuhan yang harus
dipenuhi. Bilamana kehidupan ekonomi mengalami suatu fluktuasi yang
keras, maka bagian ini akan mempengaruhi bagian yang lain dari sistem
itu dan akhirnya sistem sebagai keseluruhan. Suatu depresi yang parah
dapat menghancurkan sistem politik, mengubah sistem keluarga dan
menyebabkan perubahan dalam struktur keagamaan. Pukulan yang demikian
terhadap sistem dilihat sebagai suatu keadaan patologis, yang pada
akhirnya akan teratasi dengan sendirinya sehingga keadaan normal kembali
dapat dipertahankan. Para fungsionalis kontemporer menyebut keadaan
normal sebagai equilibrium, atau sebagai suatu sistem yang seimbang,
sedang keadaan patologis menunjuk pada ketidakseimbangan atau perubahan
sosial.
Fungsionalisme Durkheim ini tetap bertahan dan dikembangkan
lagi oleh dua orang ahli antropologi abad ke-20, yaitu Bronislaw
Malinowski dan A.R. Radcliffe-Brown. Malinowski dan Brown dipengaruhi
oleh ahli-ahli sosiologi yang melihat masyarakat sebagai organisme
hidup, dan keduanya menyumbangkan buah pikiran mereka tentang hakikat,
analisa fungsional yang dibangun di atas model organis. Di dalam
batasannya tentang beberapa konsep dasar fungsionalisme dalam ilmu-ilmu
sosial, pemahaman Radcliffe-Brown (1976:503-511) mengenai fungsionalisme
struktural merupakan dasar bagi analisa fungsional kontemporer.
Fungsi dari setiap kegiatan yang selalu berulang, seperti penghukuman
kejahatan, atau upacara penguburan, adalah merupakan bagian yang
dimainkannya dalam kehidupan sosial sebagai keseluruhan dan, karena itu
merupakan sumbangan yang diberikannya bagi pemeliharaan kelangsungan
struktural (Radcliffe-Brown (1976:505).
Jasa Malinowski terhadap
fungsionalisme, walau dalam beberapa hal berbeda dari Brown, mendukung
konsepsi dasar fungsionalisme tersebut. Para ahli antropologi
menganalisa kebudayaan dengan melihat pada ”fakta-fakta antropologis”
dan bagian yang dimainkan oleh fakta-fakta itu dalam sistem kebudayaan
(Malinowski, 1976: 551).
Dalam membahas sejarah fungsionalisme
struktural, Alvin Gouldner (1970: 138-157) mengingatkan pada
pembaca-pembacanya akan lingkungan di mana fungsionalisme aliran Parson
berkembang. Walaupun kala itu adalah merupakan masa kegoncangan ekonomi
di dalam maupun di luar negeri sebagai akibat dari depresi besar. Teori
fungsionalisme Parsons mengungkapkan suatu keyakinan akan perubahan dan
kelangsungan sistem. Pada saat depresi kala itu, teorinya merupakan
teori sosial yang optimistis. Akan tetapi agaknya optimisme Parson itu
dipengaruhi oleh keberhasilan Amerika dalam Perang Dunia II dan
kembalinya masa kemewahan setelah depresi yang parah itu. Bagi mereka
yang hidup dalam sistem yang kelihatannya galau dan kemudian diikuti
oleh pergantian dan perkembangan lebih lanjut maka optimisme teori
Parsons dianggap benar. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Gouldner (1970:
142): ”untuk melihat masyarakat sebagai sebuah firma, yang dengan jelas
memiliki batas-batas srukturalnya, seperti yang dilakukan oleh teori
baru Parsons, adalah tidak bertentangan dengan pengalaman kolektif,
dengan realitas personal kehidupan sehari-hari yang sama-sama kita
miliki”.
Walaupun fungsionalisme struktural memiliki banyak pemuka
yang tidak selalu harus merupakan ahli-ahli pemikir teori, akan tetapi
paham ini benar-benar berpendapat bahwa sosiologi adalah merupakan suatu
studi tentang struktur-struktur sosial sebagai unit-unit yang terbentuk
atas bagian-bagian yang saling tergantung. Coser dan Rosenberg (1976:
490) melihat bahwa kaum fungsionalisme struktural berbeda satu sama lain
di dalam mendefinisikan konsep-konsep sosiologi mereka. Sekalipun
demikian adalah mungkin untuk memperoleh suatu batasan dari dua konsep
kunci berdasarkan atas kebiasaan sosiologis standar. Struktur menunjuk
pada seperangkat unit-unit sosial yang relatif stabil dan berpola”, atau
”suatu sistem dengan pola-pola yang relatif abadi”.
Selama beberapa
dasawarsa, fungsionalisme struktural telah berkuasa sebagai suatu
paradigma atau model teoritis yang dominan di dalam sosiologi
kontemporer Amerika. Di tahun 1959 Kingsley Davis di dalam pidato
kepemimpinannya di hadapan anggota ”American Sociological Association”,
bahkan melangkah lebih jauh dengan menyatakan bahwa fungsionalisme
struktural sudah tidak dapat lagi dipisahkan dari sosiologi itu sendiri.
Tetapi dalam sepuluh tahun terakhir ini teori fungsionalisme struktural
itu semakin banyak mendapat serangan sehingga memaksa para pendukungnya
untuk mempertimbangkan kembali pernyataan mereka tentang potensi teori
tersebut sebagai teori pemersatu dalam sosiologi.
2. Pengertian Solidaritas Mekanik Dan Organik
a. Solidaritas Mekanik
Solidaritas mekanik adalah solidaritas yang muncul pada masyarakat yang
masih sederhana dan diikat oleh kesadaran kolektif serta belum mengenal
adanya pembagian kerja diantara para anggota kelompok.
b. Solidaritas Organik
Solidaritas organik adalah solidaritas yang mengikat masyarakat yang
sudah kompleks dan telah mengenal pembagian kerja yang teratur sehingga
disatukan oleh saling ketergantungan antaranggota.
*teori antropologis
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa.
Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat
tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang
sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.
Antropologi berasal dari kata Yunani άνθρωπος (baca:
anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan
logos yang berarti "wacana" (dalam pengertian "bernalar", "berakal"). Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.
Antropologi memiliki dua sisi holistik dimana meneliti manusia pada
tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiaannya. Arus utama inilah yang
secara tradisional memisahkan Antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan
lainnya yang menekankan pada perbandingan/perbedaan budaya antar
manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak diperdebatkan dan menjadi
kontroversi sehingga metode Antropologi sekarang seringkali dilakukan
pada pemusatan penelitian pada penduduk yang merupakan masyarakat
tunggal.
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki